Rabu, 06 Juni 2012

Aku Kamu Angin

Ketika hidup mu dalam situasi sulit , aral tanpa tujuan , penuh masalah , datang kemari memelukku menangis di pundakku , tertawa karenaku , terbawa terbang meninggalkan segala kepenatan olehku , terobati olehku , berlari menggenggam erat tanganku.

 

Sampai ketika hidupmu kembali sempurna , kau membiarkan aku terbawa angin yang berhembus bersama dedaunan kering, dan kau sibuk tertawa menari bersama burung burung kecil , di bawah pohon itu, dibawah pohon dimana engkau mengungkapkan segala keluh kesah akan masalah yang menimpamu .

 

Sedangkan aku? Terbawa angin yang tak mungkin terhembus kembali ketempat dimana awal aku berpijak, tempat pertama kali kau menemukanku untuk menumpahkan semua keluh kesahmu . aku berusaha untuk melawan arus angin yang menerbangkanku untuk kembali ketempat itu. Namun apa daya kau sendiri yang meniupkan angin itu.

 

Haruskah ku mencoba kembali? Awal terbawa angin aku selalu berusaha untuk melawan, namun perjalanan terbawa angin begitu panjang, berkali kali aku melewati tempatmu berpijak , namun tak kau hiraukan sedikitpun, aku menunduk dan berusaha untuk tetap mengikuti angin, dan berusaha untuk menjadi bagian dari anging.

 

Angin yang memutari tubuhmu, angin yang membelai rambutmu, angin yang menyentuh hidungmu, angin yang menemanimu saat malam, angin yang menari disekitarmu , angin yang tak pernah kau sadari .

 

Aku menatapmu melihatmu tertawa , berusaha untuk ikut tertawa namun tak ada suara tawaku di telingamu. Aku menggelegar  menjadi pusaran anging di sekitarmu  meniupkan awan gelap di atas kepalamu dan pohon disampingmu , dan aku menitikan air mata yang menjadi tetesan hujan. Namun pohon melindungimu dari rintikan hujan , sehingga kamu tak pernah tau bahwa aku sedang menangis.

 

Hidupmu sudah sangat sempurna dan bahagia, kamu melupakan segalanya, tak hanya aku . kamu menebang pohon yang telah melindungimu itu,memusnahkan burung-burung yang menemanimu tertawa dan menari. Kamu terlalu asik dengan dirimu sendiri. Berlari kesana kemari asik dengan sesuatu yang baru dan melupakan yang lama.

 

Sempat aku berpikir untuk terus menjadi angin , menatapimu dengan tajam sampai mata ini buta tak dapat melihat sekeliling. Sampai sang angin berbisik kepadaku “Kamu  memusnahkan duniamu hanya untuk menggapai bayang bayang fana. Meninggalkan harapan,impian,kasih,air mata seseorang ,dan dirimu sama saja dengan orang itu.”

 

Sejauh itukah?