Rabu, 18 Desember 2013

journey for Wisely

Sore pukul 3pm di perpustakaan yang ada taman kecil di halaman belakangnya,memilih duduk di halaman belakang dengan 6 buah buku cerita anak-anak yang selalu dipilih setiap singgah di perpustakaan itu. langitnya mendung ada hujan rintik-rintik dan ada secangkir kopi .
        Beberapa detik kemudian setelah menenggak kopi susu hangat aku sudah berada di suatu kerajaan dengan beberapa rajurit yang memasukan segala macam hal-hal aneh kedalam meriam , entah apa itu yang ia masukan namu setauku itu bukan bom melainkan bedak dan hal2 aneh lainnya dan seketika BOOOOOOM! meriam tersebut meledak menjadi berjuta cahaya warna warni dan aku sudah berpindah tempat.
        Kali ini aku berada di depan sebuah rumah yang berisi satu keluarga beranggotakan 10 orang, dan mereka selalu mengizinkan semua orang masuk , mereka selalu bilang "selalu ada tempat untuk siapapun" dan semua orang masuk kerumah tersebut termasuk aku. Di dalam sangat riuh ada sang pemain accordeon yang terus memainkan musiknya dan kami semua terus berdansa riang didalam rumah itu sampai orang terus bertambah bertambah bertambah dan bertambah sampai akhirnya kami semua terpental keluar.
       Aku terpental jauh jauh jauh dan melewati sebuah jendela besar, dan sekarang dihadapanku ada seorang raja yang sedang mengeluh akan hujan,matahari,salju,dan bulan . Dia berucap "kenapa hal tersebut selalu turun di langit kekuasaanku aku bosan dengan hal itu!" Aku hanya terpukau melihatnya. "Lalu apa yang dapat aku lakukan baginda?" raja menjawab "panggilkan seuruh penyihir!aku ingin membuat langitku menjadi gluemed!". Semua penyihir istanana pergi ke gunung vecky misty. dan keesokan hari saat aku membuka jendela aku elihat cairan cairan hujan namun berwana hijau kental,langsung aku berlari menghampiri raja dan memberitahu bahwa yang ia inginkan sudah terwujud. Raja pun langsung sumringah dan menyuruhku untuk membunyikan lonceng liburan untuk para warga, seketika aku berlari menuju kastel untuk membunyikan lonceng. Namun cairan tersebut membuat lonceng lengket dan tidak bergerak, angsung aku berlari menuju peniup terompet, dan pada saat peniup teropet akan membunyikan terompetnya cairan hijau tersebut menyendat terompetnya dan saat peniup terompet ingin membersihkan tangannya malah menempel di terompetnya. Seketika aku sadari bahwa cairan tersebut berbahaya dan aku segera menghampiri prajurit untuk berteriak dan menghimbau warga namun prajurit tidak percaya cairan tersebut berbahaya dan malah memakannya, seketika dia tidak dapat berbicara dan keluar gelembung2 hijau dari mulutnya. Sudah terlambat hampir seluruh warga sudah tertempel di cairan tersebut. Saat itu juga aku langsung menghampiri raja dan kulihat ia seperti bocah bodoh yang terdapat cairan hijau menempel di mana-mana. "Apa yang harus aku lakukan?" tanyanya . dia berusaha sekuat tenaga menghafal mantera untuk menghentikan cairan tersebut namun gagal. Ucapkanlah kata yang tak pernah kau ucap! kata maaf! raja sekuat hati menolaknya sampai akhirnya dia mengakui ia salah dan mengucapkan kata maaf. Dalam seketika matahari muncul dan mencairlah semua cairan hijau lengket tersebut dan raja pun kembali menyuruhku membunyikan lonceng untuk menghimbau rakyat berpesta. Aku berlari ke kastil dan mulai menarik lonceng sekuat tenaga dan swiing aku terlempar keluar kastil.
          Dan hooplah aku kembali di halaman belakang perpustakaan dengan secangkir kopi yang sudah menjadi dingin dan tetap aku tenggak dan buku keempat yang aku baca sambil terkantuk-kantuk dan memilih untuk melihat halaman belakang, kartu pinjaman buku disitu tertera "Wisli 7 oct 2008" dengan stempel perpustakaan yang khas. Seketika aku membuka 3 buku yang sebelumnya aku baca di situ tertera nama yang sama dengan tanggal yang berbeda-beda dengan tahun yang sama. Wisli siapa?Seperti apa?
        Penjaga perpustakaan masih duduk tenang di balik mejanya yang sedangkan aku tetap tidak bisa diam menggerakan kakiku yang terus berpikir "siapa yang mendahului aku membaca buku-buku ini?" . "Wisli Sagara ucap penjaga perpustakaan itu. Penjaga perpustakaan yang terkadang sangat manis namun terkadang seperti mother from hell ketika marah perihal parkiran yang berantakan.
     Perjalanan pulang selangkah demi selangkah dengan enggan meninggalkan perpustakaan karena belum mendapatkan banyak info tentang Wisli itu. Tetap melangkah namun ketika aku memandang lurus aku berada di jalan yang asing memegang kartu perpustakaan dan terdapat nama Wisli beserta nomor entah nomor apa disiti tertera 54 kuamati jalanan sekitar yang hening dan rumah-rumah klasik yang terdapat nomor-nomor besar di depannya . Aku amati rumah-rumah tak berpagar itu dan nomor-nomornya 46 , 48 , 50 , 52 , 54 . Itu nomor yang sama dengan kartu itu .
        Rumah tua satu lantai bertembok bata dengan lampion kecil didepannya berjendela kayu berwarna merah dengan pintu yang sedikit terbuka . Ada hembusan angin menuju rumah tersebut, aku mendekati rumah itu dan mengetuknya kulihat papan nama disitu tertera Wisli Sagara. Tidak ada jawaban dan agak gelap, aku mendengar ada bunyi tok..tok..tok.. dan krieeeeeet pintu sektika terbuka.
            Ada seorang bapa tua menggunakan tongkat menyapaku sambil tersenyum. Aku bingung apa yang harus aku katakan dan menjelaskan apa mengapa aku berada disana pun aku tidak tahu. Bapa tua tersebut mempersilahkan aku masuk dengan obrolan-obrolan kecil nan hangat. Aku dipersilahkan duduk di sofa yang bergaya eropa dan didalam sangat banyak mainan-mainan antik bergaya eropa, aku terlalu sibuk mengamati mainan-mainan dan jam dinding yang manis tergantung. Sampai bapa tua itu sudah duduk di hadapanku dengan secangkir kopi karamel yang penampakannya sangat manis dan membuat ingin langsung menyeruputnya . Bapa tua tersebut hanya terkekeh melihat aku yang langsung menyeruput kopi tanpa permisi dan aku pun malu sendiri.
           Dia pun mengenalkan diri bahwa dia adalah Wisli Sagara. Dan aku pun mengangguk dan menceritakan tentang apa yang terjadi dan bagaimana bisa sampai disana dan mengenai buku cerita itu tentunya. Dia hanya tertawa dan aku keheranan. Dia menceritakan bahwa dia adalah pengoleksi buku dan mainan anak-anak klasik . Dia bercerita tentang menjadi dewasa yang menyebalkan dan memilih untuk menikmati sesuatu yang berbau anak-anak sama denganku yang terus mengoceh bahwa buku anak-anak itu sangat menyenangkan. Orang tua itu sangat hangat dan menyenangkan setiap tutur kata yang aku ucapkan selalu dia dengarkan dengan sangat tekun dan senyuman yang menyenangkan.
         Dia bilang buku pilihanku adalah pilihan yang tepat untuk terbang dan melanglangbuana. Ketika kita menjadi dewasa entahlah dia ucap aku melupakan rasa menjad dewasa atau malah tidak mengingat rasa dewasa atau mungkin juga menghindari rasa dewasa ucapnya. Dia mengizinkan ku melihat-lihat koleksi mainannya yang ternyata merupakan ikon-ikon dari buku cerita koleksinya. "ini menyenangkan" ujarku , dan ia hanya tersenyum. Aku melihat meja yang terdaoat banyak kertas berhamburan dan aku mendekatinya. Isi kertas tersebut berisi gambar-gambar ilustrasi cerita fiktif anak-anak aku terpukau melihatnya."Apa kamu seorang ilustrator?" tanyaku , lalu ia menjawab bukan kertas-kertas itu adalah nyawaku setiap lembarnya adalah hariku setiap garis warna adalah senyuman untuk bekal hari esok. Aku hanya terpukau dan melanjutkan berjalan mengamati tiap ruang yang terdapat kertas-kertas sampai kutemukan tangga yang langsung tertuju ke balkon. dari atas tangga terlihat balkon yang dapat melihat seluruh pemandangan kota yang ajaib. "Apa aku boleh ke balkon tersebut?"tanyaku "Silahkan saja" ujarnya. Aku segera berlari kegirangan menuruni tangga .
            Aku berlari kencang menuju anak tangga. Namun sangking girangnya ketika aku menginjakan anak tangga pertama aku terpilintir jatuh, pandanganku masih buram namun sayup aku mendengar suara bapa itu berteriak "hati-hati!" yang suaranya kian lama kian memudar. Begitu mataku sudah mulai jelas aku sudah berada di jalan yang tidak jauh dari perpustakaan.Sudah waktunya aku pulang.
           Masih diperjalanan pulang yang aneh , aku masih memikirkan bapa tua tadi ah sayang sekali padahal disana menyenangkan dan aku belum merasakan balkon rumahnya. Tiba-tiba ada pemuda yang berlari kencang sambil menggendong anak kecil dan menabrakku kami terjatuh namun dia lekas berdiri dan berlari . Saat aku melihat kebelakang terdapat kerumunan warga yang berlari-lari kencang sambil berteriak-teriak menuju orang itu, namun aku tidak mendengar jelas warga tersebut teriak apa. Aku hanya terpaku pada sebuah dompet kumal yang terjatuh di dekat kaki ku yang masih terduduk akibat tabrakan tadi. Aku ambil dompet tersebut dan kulihat isinya dan mencari kartu identitas . Wisli Sagara , aku terkejut melihat kartu identitas tersebut . Tadi yang menabrak ku adalah Wisli Sagara? . Seketika ada salah satu warga tadi yang menyodorkan tangan untuk membantuku berdiri. "Ada apa?" tanyaku , lalu ia menjawab bahwa tadi ada penculikan anak.
          Suasana masih riuh namun warga berhenti berlari karena pemuda tadi sudah h
ilang namun mereka masih marah-marah dan seorang ibu menangisi anaknya. Aku nampak seperti orang linglung disini , akhirnya aku memutuskan untuk terus berjalan dan melewati kerumunan warga yang sedang riuh pikuk. Aku terus berjalan sambilmemegang dompet yang tadi terjatu dan meneruskan jalan pulang. Memilih melewati jalan pintas yang jarang di lewati orang dan aku melihat pemuda tadi segera aku sampar dia dan mengembalikan dompet miliknya. Dia hanya tersenyum dan berucap "Aku menyukai anak kecil , ibunya jahat padanya" lalu ia melangkah pergi. Aku berusaha mengejarnya namun dengan seketika  pemuda tersebut hilang.

           Sesampai dirumah aku terduduk diam membisu terus berpikir apa itu Wilsi Sagara. Aku memutuskan membuka komputer dan mencari dia melalui dunia maya . Mungkin itu cukup realistis jika mengetahuinya melalui dunia maya pikirku. aku mulai mengetik namanya dan halaman pun terbuka dan aku pun menemukannya . Dia bukan kake tua atau pun pemuda penculik yang menculik anak kecil yang tidak diinginkan oleh ibunya. Dia..... manusia.

Minggu, 01 Desember 2013

23 November 13

Maaf
Tapi aku lupa rasa teh manis seperti apa
Kamu adalah sebotol bir yang terus terisi
Aku hanya gelas yang kau tuang
lalu isinya sekejap menghilang
selama aku ada kau akan terus menuang, entah sampai kapan
aku tahu rasa bir itu pahit
kau tetap menuang
Aku si gelas kaca
sebelum kau menjatuhkan dan membuat bunyi "PRANG"
Aku masih diatas meja
merasakan tuanganmu , jemarimu mengangkatku , saat kau menenggak
dan aku hilang karna kau jatuhkan

Senin, 07 Oktober 2013

"old ugly sun" he's said


goodbye boy , old ugly sun still in your room sometimes will change to be a sun shine, sometimes..

Minggu, 04 Agustus 2013

katakatak

Dua katak tak berkata
Bersama mengelana
Tak bercengkrama
Hanya sesekali melirik
Katak satu meninggalkan katak satunya
tanpa kata
tak pernah ada pemahaman

Sabtu, 03 Agustus 2013

Dan Delion

matahari pelangi terimakasih :)

aku terbang tanpa meninggalkan luka
walaupun tangkaiku penuh duri kecil
terbang dengan senyum yang merekah
mengarungi lembayung dan pelangi

terbang sesuka hati
terbawa angin mengarungi suka dan duka
tiba saatnya inersia
diam dan tumbuh menjadi beribu senyuman baru yang akan terbang kelak ketika angin berhembus

aku dan sekawanan dandelion

Kamis, 01 Agustus 2013

Teruntuk Pilar Hari,Guru Besar,dan Matahari

Kita tidak pernah tau kemana angin akan bertiup
yang pasti lautan akan memanggilmu kembali..
aku hanya pasir yang melepas deruanmu
ketika sebuah pilar hilang
entah dibangun dari awal atau bertahan pada kegoyahan

Seandainya dapat merubah keputusan langit..
jangan goyahkan waktu
berikan langkah lebih banyak untuknya
setidaknya pertemukan dia dengan apa yang ia cari
"kebahagiaan"

Sabtu, 27 Juli 2013

Semoga di Setiap Langkahnya Penuh Warna

hanya t u g a s yang sudah lewat








Siapa?

Lalu sesosok orang itu berlari kencang dari kejauhan lalu memelukku dengan erat seperti sepasang yang berabad-abad tak berjumpa ,dia menangis tersendak-sendak disertai jutaan bulir kerinduan mengalir mengarungi jutaan muara dan samudera. Ku tatap matanya mata yang memutar berjuta memori ke dalam relungku,lalu aku tersadar

Aku melupakanya

Sosok diriku yang dulu

Seberapa lama aku meninggalkanya? Seberapa lama aku terjerat dalam realita yang selalu memaksa untuk berlari?

Dia dan Hari

dia mulai menitikan sebulir air dari matanya
entah apa itu namanya
membisu , tak berucap
suara yang biasa terdengar nyaring
tak sedikitpun bergeming
tanpa kata
hening
kemana engkau akan pergi?
menggenggam erat tak ingin lepas
tak ingin melepaskan hari
berjuta hari sudah terlewat
haruskah berhenti berputar?

Tungau

aku dan matahari yang perlahan menghilang
sungai mengalirkan seribu cerita
gejolak untuk melambaikan tangan
terlambat,,
cerita menghilang bersama sang matahari
aku terjebak dalam sebuah ilusi malam
tercecer berantakan bersama keadaan
tercerai berai , aku kehilangan
pondasi belantara
goyah